Daftar Isi
Mendengar kata pasar, pasti yang terbayang hiruk pikuk pedagang, pembeli dan sarana transportasi. Berbeda dengan pasar Kumandang.
Di salah satu pasar di kabupaten Wonosobo, tepatnya desa Bojasari Kecamatan Kertek, suara deru kendaraan tidak ada sama sekali. Suasana adat Jawa sangat kental. Memang pasar ini bertujuan untuk “nguri-uri kabudayan Jawa”
Keunikan Pasar Kumandang
Jika ingin membeli kosmetik, cake, keperluan rumah tangga seperti pasta gigi dan shampoo, tidak pernah ada. Anda tidak akan pernah menemukan. Ide tercetusnya pasar tradisional ini memang bukan untuk komersil, tetapi melestarikan budaya.
Banyak wisatawan domestik maupun mancanegara datang untuk menikmati keunikan pasar yang tidak ada duanya tersebut. Bukan sekedar memenuhi kebutuhan seperti makanan dan minuman, namun suasana wisata sangat dominan.
Terkait dengan keunikan, mengagendakan datang ke pasar Kumandang memang pilihan yang tepat. Pasar yang mulai beroperasi dari tahun 2018 ini menyuguhkan suasana Jawa dalam tempo dulu secara lengkap.
Memasuki kawasan pasar, pengunjung serasa dibawa ke alam puluhan tahun lalu, bahkan nuansanya seperti di sebuah drama kolosal. Asri, alami khas Jawa Tengah seperti yang selama ini ditemui dalam cerita.
Lantas apa perbedaannya dengan pasar pada umumnya? Apa yang bisa Anda temui di pasar yang setiap buka selalu dipadati pengunjung dari segala penjuru ini? Simak ulasan berikut:
1. Lokasi Pasar Kumandang di Pepohonan
Sebagai pusat belanja, sebuah pasar biasanya terletak di tengah kawasan pemukiman atau di shopping centre. Berbeda dengan pasar Kumandang yang justru berada di tengah kebun pepohonan.
Untuk menuju ke pasar unik ini, harus menempuh jarak 15 Km dari pusat kota Wonosobo. Tepatnya, pasar ini berada di tengah hutan lebat yang banyak ditumbuhi pepohonan rimbun. Namun demikian tidak menyurutkan niat pengunjung.
2. Menggunakan Uang Dari Bathok
Saat ini ketika hendak wisata kuliner, tidak harus membawa uang cash. Biasanya pengunjung pusat jajanan dapat membayar secara cashless. Bisa dengan menggunakan dompet digital ataupun kartu.
Hal tersebut tidak berlaku di pasar tradisional Kumandang. Anda tidak akan menemukan ATM atau mesin EDC untuk menggesek kartu debit. Bahkan uang dalam bentuk rupiah pun tidak akan Anda temui.
Semua transaksi menggunakan replika uang jaman dulu, yaitu dengan bathok kelapa. Bathok sendiri berupa kulit luar kelapa yang keras. Bahan ini dicetak dan digunakan sebagai mata uang atau alat tukar.
Cara mendapatkannya bagaimana? Pengunjung dapat menukarkan uang rupiahnya ke bentuk alat tukar tradisional ini. Setiap keping dihargai dengan Rp. 2000. Jadi untuk berbelanja semua yang ada di pasar dengan kepingan tersebut.
Pengunjung tidak perlu ragu, petugas siap membantu untuk menukar uang rupiah dengan kepingan bathok. Jadi siapkan uang dalam rupiah Anda, dan tukarkan dengan kepingan bathok kelapa untuk belanja.
3. Buka Hanya Di Hari Minggu
Sebagai sentra budaya Jawa dan kuliner, pasar Kumandang hanya buka setiap hari Minggu. Pemilihan hari ini tentu terkait dengan tujuannya sebagai objek wisata dan rekreasi. Anak- anak sekolah bisa ikut datang karena pas hari libur.
Pasar di Wonosobo ini ditargetkan menjadi magnet untuk mengundang wisatawan agar berkunjung. Ternyata berhasil, setiap minggu semua lapak pasar selalu ramai oleh pengunjung yang berbelanja dan menikmati suasana jaman dulu.
Anda yang tinggal di luar kota tidak perlu khawatir, karena buka setiap weekend, bisa mengagendakan untuk berkunjung. Apalagi pemerintah Wonosobo juga memperhatikan wisatawan baik yang dekat maupun dari jauh.
Fasilitas pendukung seperti penginapan dan jalan yang bagus merupakan wujud perhatian pemerintah terhadap tamu wisatawan. Hal ini membuat pengunjung semakin merasa nyaman.
Pengelola benar-benar memikirkan konsep pasar yang ramah dan alami, khas masa-masa kejayaan kerajaan-kerajaan di Jawa. Nuansa inilah yang meninggalkan kesan mendalam dan mengundang wisatawan untuk datang kembali.
4. Menu Makanan Tradisional di Pasar Kumandang
Saat ini berbagai jenis makanan tradisional semakin sulit diperoleh. Namun tidak dengan di pasar Kumandang. Semua makanan yang dijual merupakan kuliner tradisional. Jadi Anda tidak akan menemukan pizza, cake dan minuman kekinian.
Semua sajian kuliner yang dijual merupakan jajanan atau makanan khas tempo dulu. Cenil, thiwul, klepon, dawet dan sebagainya adalah menu andalan. Semua serba nikmat murah dan mempunyai kekhasan tersendiri.
Untuk cara penyajiannya pun secara tradisional. Anda tidak akan menemukan piring keramik atau mug dari bahan modern. Semua makanan dibungkus dengan menggunakan dedaunan, seperti jati dan pisang.
Bungkus ini bukan hanya memperkuat suasana pedesaan dan jaman dulu yang tercipta, tetapi juga menambah nikmat makanan. Di pasar lain, Anda akan susah merasakan sensasi makan dengan pincuk dan suru.
Pincuk adalah piring yang terbuat dari daun pisang dengan sematan untuk memberi bentuk cekung. Sedang suru adalah sendok, biasanya untuk menikmati bubur, yang terbuat dari daun pisang dilipat.
5. Pakaian Khas Pedagang Berupa Blangkon Dan Baju Lurik
Kain, blangkon dan baju lurik sangat identik dengan penduduk Jawa jaman dulu. Semua pedagang dan pengelola pasar Kumandang wajib menggunakan “seragam” ini saat berjualan.
Melihat pakaian ini saja pikiran Anda sudah terbawa pada nuansa alami jaman dulu . Apalagi ditambah dengan dagangan dan setting lokasinya. Oya, Anda juga bisa membeli pakaian semacam ini di pasar Kumandang.
6. Tersedia Permainan Bagi Anak-Anak
Permainan anak-anak apa yang Anda pernah mainkan dan sampai sekarang masih ingat? Kalau ingin bernostalgia, datang saja. Banyak permainan tradisional yang dapat digunakan seperti engkle, dakon, egrang dan lainnya. Semua free.
Anak-anak kecil pun banyak yang memainkannya. Tampak seru dan alami, jauh dari kesan modern namun tidak kalah mengasyikkan. Anda juga bisa membawa buah hati untuk bermain dengan anak-anak di desa Bojasari, Kertek Wonosobo.
7. Larangan Merokok Bagi Pengunjung
Sebenarnya rokok tradisional, yang terkenal dengan “tingwe” atau melinting dewe, yang berarti menggulung tembakau sendiri sudah ada sejak dulu. Namun untuk menghormati pengunjung lain yang tidak merokok, hal ini dilarang.
Jadi bagi yang anti asap, pasar Kumandang sangat pas. Anda tidak akan pernah menemukan perokok atau jual beli tembakau. Benar-benar bebas polusi dan sejuk khas pedesaan.
Tertarik untuk menikmati nuansa Jawa pada zaman dulu? Pastikan datang ke pasar Kumandang. Menikmati aneka kuliner tradisional dan tak ketinggalan Makanan Khas Wonosobo sambil mendengarkan gending Jawa dapat menghilangkan penat setelah seminggu bekerja.
Apalagi semua itu dapat Anda nikmati di bawah bangunan sederhana dengan tiang dan dinding kayu serta bambu. Ditambah atap dari daun rumbia. Benar- benar tradisional, nyaman dan membuat rileks.
Keunikan pasar ini memang bukan berita bohong, Anda dapat menyaksikannya setiap minggu. Oya, supaya lebih seru, ajak teman dan saudara untuk menikmati kuliner dan suasana pedesaan.
Selain makanan, Anda juga bisa membeli produk tradisional lokal seperti produk anyaman bambu. Semua dijual dengan harga sangat terjangkau dan alat tukar berupa bathok kelapa. Jangan lupa untuk datang ke pasar Kumandang!
Follow Kami