Daftar Isi
Mengulik sejarah memang selalu terasa menyenangkan, seperti sedang berjalan di lorong waktu. Seperti yang akhir-akhir ini sedang ramai menjadi bahan perbincangan, yakni situs purbakala Liyangan salah satu tempat wisata di Temanggung.
Sampai kini, situs Liyangan memang belum semuanya rampung dibersihkan. Namun, dari foto-foto yang beredar di media sosial, seolah menggambarkan masa kejayaan area tersebut pada masa lalu.
Sejarah Situs Purbakala Liyangan
Lokasi situs purbakala Liyangan ini pertama kali ditemukan oleh para penambang pasir di sekitar lokasi pada tahun 2008 lalu. Pada saat proses penggalian pasir, secara tidak sengaja mereka menemukan sejumlah benda kuno.
Benda-benda tersebut terdiri dari arca, yoni, talud, serta beberapa bebatuan bangunan candi. Namun, berdasarkan keterangan dari Balai Arkeologi Yogyakarta-Jateng, lokasi tersebut bukanlah bangunan candi, melainkan perkampungan.
Konon, letusan Gunung Sindoro abad ke-11 yang menjadi penyebab terkuburnya perkampungan. Menurut penelitian, kawasan tersebut merupakan peninggalan kuno pada masa Kerajaan Mataram Kuno yang sempat berjaya pada abad ke-2 silam.
Lokasi Situs Purbakala Liyangan
Secara administratif, situs purbakala Liyangan berada di wilayah Desa Purbosari, Kec. Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah. Tepatnya berada di lereng Gunung Sindoro sebelah timur dan masuk ke kawasan dusun Liyangan.
Rute Situs Purbakala Liyangan
Jika berasal dari arah Dieng, silakan ambil jalur Tambi, kemudian belok kanan di pertigaan jalan menuju arah Jumprit. Apabila sudah banyak monyet yang berkeliaran di tepi jalan, berarti Anda sampai ke Umbul Jumprit.
Tetap waspada, karena jalanan di daerah ini berkelok-kelok khas wilayah perbukitan. Apalagi jika musim hujan tiba, kawasan tersebut sangat rentan pohon tumbang yang dapat menutupi jalan.
Saat menemukan gapura Dusun Liyangan, Desa Purbosari, silakan belok kanan setelah melalui sebuah jembatan. Belok kanan lagi dan Anda akan sampai di area berbatu yang menjadi ciri khas situs purbakala Liyangan.
Bagaimana jika berasal dari arah pusat kota Temanggung? Cukup mudah, Anda tinggal mengambil jalur ke arah Parakan. Sesampainya di pertigaan, silakan belok ke kanan dan menuju ke Desa Purbosari.
Jarak antara Desa Purbosari ke pusat kota Temanggung hanya sekitar 20 kilometer ke arah barat laut. Anda dapat memanfaatkan Google Map untuk mengetahui lokasi situs purbakala Liyangan maupun rutenya.
Jam Operasional Situs Purbakala Ngadirejo
Kabar baiknya, situs purbakala Liyangan buka setiap hari (Senin sampai dengan Minggu) pada jam 8 pagi hingga 6 sore. Itu artinya, Anda dapat berwisata budaya kapanpun ada waktu senggang, baik bersama teman-teman maupun keluarga.
Fasilitas
Situs purbakala Liyangan termasuk destinasi wisata yang terbilang masih cukup baru, sehingga dari segi fasilitas belum lengkap. Di sini hanya tersedia beberapa gazebo atau saung, sebagai tempat beristirahat.
Area parkirnya juga sangat luas, sehingga muat untuk kendaraan roda dua maupun empat. Namun ada baiknya, jika Anda menggunakan sepeda motor saja, karena jalan menuju titik lokasi tidak terlalu lebar.
Daya Tarik Situs Purbakala Liyangan
Sejak awal penemuan hingga saat ini, pemerintah kota setempat menggandeng tim arkeolog untuk terus melakukan penelusuran. Pemerintah optimis, bahwa situs purbakala Liyangan akan menjadi destinasi wisata yang menarik.
Hal tersebut seolah terbukti dengan meningkatnya jumlah pengunjung yang terus berdatangan ke lokasi, baik di musim liburan maupun tidak. Dari keterangan warga setempat, angka kunjungan ke situs Liyangan mencapai 1000 pengunjung per bulan.
Ketertarikan tersebut bukan tanpa alasan, tetapi di sini pengunjung dapat belajar banyak hal, terutama mengenai sejarah peradaban pada masa lalu. Bukan hanya hamparan bebatuan, tetapi Anda dapat menikmati berbagai daya tarik berikut:
Perkampungan Kuno
Seperti ulasan di atas, bahwa situs Liyangan pada masanya merupakan sebuah perkampungan. Setelah proses penggalian secara intensif, luas wilayah situs tersebut berkisar 10 hektar.
Luas wilayah ini masih mungkin bertambah, karena pengembangan masih terus dilakukan. Layaknya sebuah perkampungan, situs tersebut juga mempunyai fasilitas yang cukup lengkap, seperti tempat beribadah, lahan pertanian, dan lain-lain.
Dalam proses pengembangan, tim menemukan sisa-sisa bahan bangunan, berupa bambu, kayu, serta ijuk. Benda-benda tersebut seolah menggambarkan, jika bentuk hunian di masa itu berupa rumah panggung.
Uniknya, tim peneliti tidak menemukan tulang belulang binatang maupun manusia. Hasil tersebut seolah menyiratkan, bahwa mereka sudah sempat mengungsi ke tempat yang aman, sebelum letusan Gunung Sindoro terjadi.
Perkakas Rumah Tangga
Temuan lain yang berhasil menarik perhatian pengunjung adalah perkakas rumah tangga. Meski berupa peradaban kuno, tetapi masyarakat di perkampungan kuno ini sudah terbilang cukup maju.
Perkakas tersebut ada yang terbuat dari bahan tanah liat, batu, logam, serat kain, maupun keramik. Bahkan, ilmuwan meyakini bahwa keramik-keramik yang ada di sana berasal dari Negeri China, tepatnya pada masa Dinasti Tang.
Lahan Pertanian
Selain perkakas rumah tangga, tim juga berhasil menemukan sisa-sisa lahan pertanian warga. Penemuan ini didasarkan pada keberadaan sistem pengairan, lahan terbuka, peralatan bertani, hingga bahan pangan yang sudah berbentuk arang.
Mata pencaharian ini sangatlah wajar, karena situs purbakala Liyangan berada di lereng gunung. Secara geografis, tentu saja tanah di sekitar lokasi sangat subur, sehingga warga memanfaatkannya untuk bercocok tanam.
Hal tersebut selaras dengan keterangan dari Sugeng (salah satu anggota tim peneliti) melalui channel YouTube Melawan Lupa yang mengatakan,
“Lahan pertanian itu kita temukan dalam bentuk gundukan memanjang. Di atasnya nanti ditanam-tanami. Waktu kita eskavasi, ketemu fitur itu. Bahkan, cap-cap bekas tanamannya juga ketemu.”
Tempat Pemujaan
Di lokasi juga ada penemuan bangunan berbahan batu seperti candi, sehingga tim menyimpulkan jika kepercayaan pada masa itu adalah Hindu. Pendapat ini juga diperkuat dengan struktur bangunan yang berundak teras.
Berdasarkan hasil pengembangan, sampai saat ini tim sudah menemukan empat teras atau jhalaman beserta arca “tipe polinesia”. Lebih dari itu, di sekitar lokasi lahan pertanian juga ada yoni yang berbentuk pipih dan budar.
Yoni tersebut mempunyai diameter seluas 2 meter dan lokasinya berada di tempat yang paling tinggi. Menurut dugaan, warga memanfaatkannya untuk melakukan upacara ritual, sebelum melaksanakan kegiatan bertani.
Kolam Renang di Situs Purbakala Liyangan
Puas belajar tentang budaya dan sejarah, Anda dapat singgah ke kolam renang yang tak jauh dari lokasi situs purbakala Liyangan . Kolam renang ini memang bukan bagian dari hasil penemuan, tetapi cukup recommended untuk melepaskan lelah.
Nama lokasi tersebut adalah Kolam Renang Cinta Liyangan dengan tiket masuk sebesar 8 ribuan saja per pengunjung. Anda dapat memilih tiga kolam di sini, yakni 2 untuk anak-anak dan satu kolam khusus dewasa.
Sama seperti kolam renang pada umumnya, tingkat kedalaman masing-masing tempat juga berbeda. Paling dalam adalah kolam dewasa yang mempunyai kedalaman sekitar 1.5 meter.
Menariknya, air di sini berasal dari sumber mata air yang masih sangat alami. Selain bebas dari kandungan kaporit, airnya juga sangat menyegarkan. Cocok untuk bersantai sejenak dan melepaskan penat, dari padatnya rutinitas harian.
Meski belum tersedia perosotan maupun seluncuran, tetapi fasilitas di sekitar lokasi termasuk cukup lengkap dan bersih. Oleh karena itu, jangan lupa untuk membawa baju ganti saat ke situs Liyangan.
Ada rencana untuk pergi berlibur atau melintas daerah Temanggung? Anda dapat mengagendakan untuk mampir ke situs purbakala Liyangan maupun destinasi wisata lainnya yang asyik dan penuh pembelajaran.
Follow Kami